HIV/AIDS merupakan penyakit yang dapat dicegah dan dirawat. Namun, menurut data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sampai dengan 30 Juni 2007 secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 9.689 kasus. Suatu peningkatan yang cukup cepat sejak dilaporkannya jumlah kasus AIDS secara kumulatif akhir Maret 2007 sebesar 8.988 kasus. Estimasi populasi rawan tertular HIV tahun 2006 adalah sebesar 193.000 kasus, sedangkan infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2007 sebanyak 5.813 kasus, lebih dari seperempatnya dari yang diestimasikan. Bagiamana remaja melihat hal ini? Bagaimana pula mereka menilai pergaulan bebas yang kian marak?
Belum lama ini Radio DFM 103.4 Jakarta dalam acara Posdaya Membangun Jakarta yang disiarkan langsung selama satu jam menghadirkan dua remaja metropolitan bernama Carla dari Internatonal Youth Partnership (IYP), yang juga Ketua Pelaksana kegiatan “Speak Up Youar Right! (Partisipasi Remaja dan HIV/AIDS) di Sekolah Menengah Atas (SMA) 36 Rawamangun, Jakarta Timur, serta Farah, siswi kelas 1 SMA 36 Rawamangun, seorang anggota Pusat Informasi Kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR).
Keduanya mengaku sebagai remaja metropolitan yang sangat care dengan kesehatan reproduksi dan aktif dalam kegiatan yang didukung oleh jejaring seperti Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), BKKB Propinsi DKI Jakarta, Komisi Perlindungan Aids (KPA) Propinsi DKI Jakarta dan beberapa LSM terkait kesehatan reproduksi.
Saat ini, baik menurut Carla maupun Farah menilai banyak prilaku remaja yang sudah kebablasan dalam perilaku pergaulannya. “Mereka sudah kenal yang namanya hubungan intim sejak dibangku SMP, ada yang harus menikah diusia muda, ada pula yang rusak organ reproduksinya karena beberapa kali melakukan aborsi,” kata keduanya.
Memag sejauh ini seks bebas dan aborsi yang dilakukan teman tidak diketahui oleh orangtuanya. Bahkan untuk curhat masalah temannya sewaktu SMP ini kepada orang tuanya, Farah merasa ragu dan takut dipindahkan ke sekolah lain. Jadi dia hanya berceritera kepada kakaknya.
“Ini sekelumit hal yang bisa kita garis bawahi bahwa betapa para remaja ini sebenarnya ingin lebih dekat dan sharing dengan orang tua mereka bukan hanya pada urusan sekolah dan teman namun juga tentang seks,” timpal dr Hernalom Gultom dari BKKB Provinsi DKI Jakarta.
Karenanya, ujar dokter yang rajin turun ke lapangan memberi penyuluhan ke kalangan remaja sekolah bersama artis-arist top ini, sudah saatnya orang tua menjadi teman yang baik untuk anak-anaknya.
Menurut dr Hernalom, pada dasarnya remaja adalah proses peralihan dari anak-anak sebelum dewasa dimana ambisi dan potensi energy mereka menggebu-gebu termasuk dalam urusan seksual.
Banyak hal mempengaruhi sikap mereka, imbuhnya. Untuk menyalurkannya, kata dokter ramah ini, tergantung bagaimana kondisi lingkungan, nilai-nilai yang dianut, adat-istiadat, agama dan tata hukum yang berlaku. Ia menyebut, di lapangan segelintir kalangan tertentu memandang seks itu tabu, sehingga akhirnya mereka bertanya pada teman, kalau temannya bertanggung jawab bisa lurus-lurus saja. “Lalu bagaimana kalau temannya itu malah menjerumuskan?” tanyanya.
Baik Carla maupun farah setuju dengan pendapat Hrnalom Gultom. ”Saat ini tak seharusnya lagi orang tua dengan egonya mengatakan, Anak saya dididik baik-baik secara keagamaan jadi gak mungkin melakukan penyimpangan,” ujar Carla yang juga tercatat sebagai mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Jakarta ini.
Menurut aktivis peduli kesehatan reproduksi remaja ini, hal yang perlu diketahui orangtua adalah, anak punya lingkungan sosial yang bisa merubah dan menentukan bagaimana perilakunya, perlu dibimbing. ”Anak perlu diarahkan dan diperhatian. Tak cukup dengan bekal materi karena mereka punya keinginan-keinginan yang harus didukung sepenuhnya,” terang Carla lagi.
”Agar remaja terlibat aktif dalam membangun bangsa Indonesia, sangat bagus bila ada banyak tempat tersedia akses informasi, pendidikan dan pelayanan yang bersahabat bagi seluruh remaja Indonesia. Sehingga nantinya remaja kita terselamatkan dari ancaman HIV/AIDS,” kata Hernalom Gultom menambahkan.
Belum lama ini Radio DFM 103.4 Jakarta dalam acara Posdaya Membangun Jakarta yang disiarkan langsung selama satu jam menghadirkan dua remaja metropolitan bernama Carla dari Internatonal Youth Partnership (IYP), yang juga Ketua Pelaksana kegiatan “Speak Up Youar Right! (Partisipasi Remaja dan HIV/AIDS) di Sekolah Menengah Atas (SMA) 36 Rawamangun, Jakarta Timur, serta Farah, siswi kelas 1 SMA 36 Rawamangun, seorang anggota Pusat Informasi Kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR).
Keduanya mengaku sebagai remaja metropolitan yang sangat care dengan kesehatan reproduksi dan aktif dalam kegiatan yang didukung oleh jejaring seperti Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), BKKB Propinsi DKI Jakarta, Komisi Perlindungan Aids (KPA) Propinsi DKI Jakarta dan beberapa LSM terkait kesehatan reproduksi.
Saat ini, baik menurut Carla maupun Farah menilai banyak prilaku remaja yang sudah kebablasan dalam perilaku pergaulannya. “Mereka sudah kenal yang namanya hubungan intim sejak dibangku SMP, ada yang harus menikah diusia muda, ada pula yang rusak organ reproduksinya karena beberapa kali melakukan aborsi,” kata keduanya.
Memag sejauh ini seks bebas dan aborsi yang dilakukan teman tidak diketahui oleh orangtuanya. Bahkan untuk curhat masalah temannya sewaktu SMP ini kepada orang tuanya, Farah merasa ragu dan takut dipindahkan ke sekolah lain. Jadi dia hanya berceritera kepada kakaknya.
“Ini sekelumit hal yang bisa kita garis bawahi bahwa betapa para remaja ini sebenarnya ingin lebih dekat dan sharing dengan orang tua mereka bukan hanya pada urusan sekolah dan teman namun juga tentang seks,” timpal dr Hernalom Gultom dari BKKB Provinsi DKI Jakarta.
Karenanya, ujar dokter yang rajin turun ke lapangan memberi penyuluhan ke kalangan remaja sekolah bersama artis-arist top ini, sudah saatnya orang tua menjadi teman yang baik untuk anak-anaknya.
Menurut dr Hernalom, pada dasarnya remaja adalah proses peralihan dari anak-anak sebelum dewasa dimana ambisi dan potensi energy mereka menggebu-gebu termasuk dalam urusan seksual.
Banyak hal mempengaruhi sikap mereka, imbuhnya. Untuk menyalurkannya, kata dokter ramah ini, tergantung bagaimana kondisi lingkungan, nilai-nilai yang dianut, adat-istiadat, agama dan tata hukum yang berlaku. Ia menyebut, di lapangan segelintir kalangan tertentu memandang seks itu tabu, sehingga akhirnya mereka bertanya pada teman, kalau temannya bertanggung jawab bisa lurus-lurus saja. “Lalu bagaimana kalau temannya itu malah menjerumuskan?” tanyanya.
Baik Carla maupun farah setuju dengan pendapat Hrnalom Gultom. ”Saat ini tak seharusnya lagi orang tua dengan egonya mengatakan, Anak saya dididik baik-baik secara keagamaan jadi gak mungkin melakukan penyimpangan,” ujar Carla yang juga tercatat sebagai mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Jakarta ini.
Menurut aktivis peduli kesehatan reproduksi remaja ini, hal yang perlu diketahui orangtua adalah, anak punya lingkungan sosial yang bisa merubah dan menentukan bagaimana perilakunya, perlu dibimbing. ”Anak perlu diarahkan dan diperhatian. Tak cukup dengan bekal materi karena mereka punya keinginan-keinginan yang harus didukung sepenuhnya,” terang Carla lagi.
”Agar remaja terlibat aktif dalam membangun bangsa Indonesia, sangat bagus bila ada banyak tempat tersedia akses informasi, pendidikan dan pelayanan yang bersahabat bagi seluruh remaja Indonesia. Sehingga nantinya remaja kita terselamatkan dari ancaman HIV/AIDS,” kata Hernalom Gultom menambahkan.
4 komentar
Ya... mayoritas penderita AIDS sekarang adalah dari kalangan remaja
mayoritas penderita AIDS adalah remaja
@ indah... emang betul, berdasarkan survei penderita HIV/AID di Indonesia adalah para remaja, mulai dari sekarang kita sebagai generasi muda dan sekaligus tulang punggung negara Indonesia di tahun depan harus bisa menjaga diri dan berperan serta dalam menanggulangi penyebaran HIV AIDS yang begitu pesat
Sudah seharusnya remaja memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi utk membantu remaja terhindar dari masalah yg mungkin timbul karena ketidak tahuan dan ketidak mampuannya dalam menjaga reproduksi sehat
Posting Komentar
Jangan Lupa KLIK Google+