10 Penyakit Akibat Stress

Sabtu, 29 Mei 2010

STRESS bukan hanya masalah psikologis, karena dampaknya juga cukup besar terhadap kesehatan fisik. Gejalanya mudah dikenali, namun jarang dilihat sebagai tanda bahwa stres tengah melanda. Setidaknya ada 10 penyakit akibat stres.

Kenyataannya seringkali stres dianggap tidak perlu diobati, terutama jika akibatnya hanya keluhan-keluhan ringan seperti migrain dan perut mulas. Orang tetap berharap penyakitnya akan sembuh setelah stresnya hilang sehingga tidak perlu diobati.


 
Berikut ini beberapa keluhan kesehatan yang sering dialami saat stres melanda, dikutip dari Prevention, Kamis (20/5/2010).

Sakit kepala serta migrain
Daya tahan tubuh bisa menurun karena stres lalu memicu migrain menurut Todd Schwedt, MD, direktur pusat sakit kepala di Washington University. Untuk menghindarinya, pastikan pola makan dan tidur dalam sepekan selalu terjaga.

Kram yang sangat sakit
Ketidakseimbangan hormon saat stres bisa mengakibatkan kram yang sangat menyakitkan, terutama pada wanita. Saat stres, risiko mengalami kram 2 kali lebih besar karena aktivitas syaraf simpatis lebih tinggi. Olahraga secara teratur dapat mencegahnya.

Sakit di sekitar mulut
Rahang terasa nyeri merupakan tanda bahwa stres tengah melanda. Tanpa disadari, gigi atas dan bawah saling menggeretak saat stres dan memicu tekanan berlebih di pelipis. Gejala ini bisa dicegah dengan memasang pelindung di antara kedua gigi saat tidur malam.

Jarang bermimpi saat tidur
Mimpi terbentuk secara bertahap, sehingga butuh kondisi tidur nyenyak. Ini sulit terjadi saat sedang stres, sebab tidurnya menjadi tidak nyenyak. Jika sering terjaga tengah malam, maka proses terbentuknya mimpi akan terganggu.

Gusi berdarah
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stres meningkatkan risiko penyakit periodontal (gigi dan mulut) pada seseorang. Meningkatnya hormon kortisol saat stres akan melemahkan sistem imun, dan memudahkan infeksi bakteri ke dalam gusi.

Jerawat dimana-mana
Profesor dermatologi dari Wake Forest University, Gil Yosipovitch, MD mengungkap bahwa stres meningkatkan risiko inflamasi termasuk di wajah. Untuk mencegah munculnya jerawat, oleskan pelembab dan lotion yang mengandung asam salisilat saat stres.

Ingin makan yang manis-manis
Jika wanita menjadi ingin makan cokelat saat akan menstruasi, ini bukan disebabkan hormon progesteron. Penelitian di University of Pennsylvania membuktikan, saat menopause sekalipun wanita tetap mengalami gejala itu. Penelitian tersebut mengungkap, sesungguhnya penyebab ingin makan yang manis-manis adalah stres.

Kulit gatal-gatal
Sebuah penelitian di Jepang mengungkap, orang yang mengalami pruritis (penyakit kulit yang dicirikan oleh gatal-gatal kronis) 2 kali tebih rentan mengalami stres. Namun penelitian tersebut juga mengungkap hal yang sebaliknya, bahwa stres itu sendiri juga bisa mengaktifkan sejumlah serabut syaraf yang memicu sensasi gatal.

Alergi yang lebih parah dari biasanya
Menurut sebuah penelitian di Ohio State University tahun 2008, pikiran gelisah dan tidak tenang dapat memperparah kondisi pada penderita alergi. Hormon stres diyakini memicu produksi imunoglobulin E (IgE), yakni protein dalam darah yang menyebabkan reaksi alergi.

Mendadak sakit perut
Pada orang stres, risiko mengalami sakit perut meningkat 3 kali lipat dibandingkan saat rileks. Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi sebuah teori menyebutkan bahwa jaringan syaraf di otak dan usus saling terhubung. Ketika syaraf otak bereaksi terhadap stres, syaraf di usus menangkap sinyal yang sama dan memberikan respon tertentu misalnya rasa mulas.

0 komentar

Posting Komentar

Jangan Lupa KLIK Google+

Pengikut