Pubertas Dini, Ancaman Bagi Keselamatan Remaja?

Jumat, 07 Mei 2010


Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, anak remaja yang lebih cepat dewasa atau matang sebelum waktunya, ternyata lebih beresiko untuk terlibat dalam perkelahian bahkan menjadi korban kekerasan, seperti ditusuk atau ditembak.
Menurut Dr. Alex Piquero, seorang pakar kriminologi dari Universitas Florida yang sekaligus menjabat sebagai ketua proyek penelitian itu, proses menuju pubertas (kedewasaan) yang terlalu dini menyebabkan seorang anak terdorong untuk bergabung dalam lingkungan sosial atau pergaulan yang belum layak dia masuki.
Dia menambahkan, anak-anak yang terlalu cepat dewasa itu biasanya akan lebih cepat belajar bersosialisasi secara akrab dengan lawan jenisnya, serta lebih memilih berkawan dengan remaja yang lebih tua, lebih besar, serta lebih kuat dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak mengalami gejala kelainan fisik tersebut.
Akibatnya, anak-anak yang lebih cepat "puber" itu cenderung beresiko mengalami depresi, gangguan perilaku, serta beragam kelainan psikologis lainnya, termasuk resiko mengalami kekerasan fisik dari orang-orang yang lebih tua dan lebih kuat darinya.
Hasil penelitian itu diambil berdasarkan pengamatan terhadap 7000 sampel anak-anak berusia 11 hingga 15 tahun, yang diambil dari 132 sekolah di seluruh wilayah Amerika Serikat. Dr. Picero dibantu rekannya, Dr. Dana L. Haynie dari Universitas Negeri Ohio, mula-mula mengidentifikasi para murid yang sudah mengalami pubertas di tahun 1995 kemudian mulai menyelidiki pengalaman kekerasan fisik yang mereka alami pada tahun-tahun berikutnya.
Secara garis besar, remaja yang lebih cepat dewasa - yang bisa diidentifikasi dari fisik mereka yang terlihat lebih tua dibanding remaja lainnya - ternyata memiliki resiko yang lebih besar untuk terlibat dalam perkelahian fisik, serta juga pernah ditodong dengan pisau bahkan terancam ditembak dengan pistol, dibanding remaja lain yang lebih normal. Ini biasanya terjadi di kalangan remaja laki-laki.
Namun, hal serupa justru tidak terlihat pada anak-anak perempuan yang lebih cepat mengalami pubertas. Menurut hasil penelitian tersebut, justru tak ada satu pun remaja putri yang mengalami kekerasan secara fisik seperti halnya yang dialami oleh remaja laki-laki. Selain perilaku mereka jauh berbeda, remaja perempuan yang lebih cepat "puber" justru memiliki jauh lebih banyak teman yang lebih dewasa dibandingkan dengan remaja laki-laki.
Tapi bagaimanapun juga, bersosialisasi dengan remaja yang lebih tua secara psikologis membawa dampak yang sama-sama berat baik bagi remaja perempuan atau remaja laki-laki, sebab mereka memang belum cukup matang secara emosional untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Meskipun anak berusia 13 tahun sudah berani bergaul dengan anak berusia 16 tahun, namun bukan berarti mereka juga memiliki tingkat pemikiran yang sama dengan anak-anak berusia 16 tahun.
Namun tak semua anak-anak yang lebih cepat "puber" beresiko mengalami kekerasan fisik. Sebanyak 74% anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga berpendidikan tinggi serta lebih akrab dengan orang tuanya, ternyata mengalami lebih sedikit kekerasan fisik dibandingkan remaja yang tidak. Anak-anak kulit putih juga cenderung lebih sedikit menjadi korban kekerasan fisik dibanding ras lainnya di Amerika Serikat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Dr. Piquero menyarankan pada segenap orangtua supaya lebih waspada terhadap dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari kasus pubertas dini terhadap anak-anak mereka. Dalam hal ini, pendampingan orangtua sangat dibutuhkan oleh remaja menuju tahap kedewasaan, dan hal itu haruslah dimulai pada saat mereka mulai mengalami tanda-tanda pubertas.
Para remaja tersebut haruslah dibekali pengetahuan yang cukup, sehingga mereka paham akan konsekuensi dari pergaulan dengan orang-orang yang lebih tua dibanding usianya, atau saat berinteraksi dengan lawan jenis mereka. Dalam hal ini, para orangtua sebaiknya mempersiapkan bekal terbaik bagi anak-anak mereka untuk menghadapi hal seperti itu, ketimbang berusaha menjauhkan mereka dari lingkungan pergaulannya.(OkeZone.com)

4 komentar

Saung Web mengatakan...

Setuju sekali sob bahwa pendampingan orang tua sangat dibutuhkan pada saat remaja mengalam masa pubertas ini.. lebih dari itu bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi seyogyanya ditanamkan sejak dini pada anak2 kita..
btw.. blog yang bagus n selamat buat PIK nya.. soo linknya segera saya pasang juga ya

Link Tea mengatakan...

KRR sangat perlu ditanamkan kepada para orang tua yang punya anak remaja juga kepada remaja nya itu sendiri .. agar mereka mengerti betul bahwa konsep KRR adalah untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka juga.
btw.. thanks atas linknya.. segera pula saya linkback ya.

Saung Link mengatakan...

Maju terus n sukses selalu buat PIK KRR nya.. baru nih nemukan blog yg khusus ttg KRR.. padahal ditiap kabupaten PIK KRR ini banyak yg sudah terbentuk ya...
makasih atas linknya.. dan telah saya linkback juga cuman kok saya gak nemukan link bannernya ya..

Unknown mengatakan...

To all thank's atas commentnya...
@SaungLink LinkBannernya dah ada cman masih dipelajari coz blogger pemula....he...he... yang tetap ingin berjuang ngejar PageRank...

Posting Komentar

Jangan Lupa KLIK Google+

Pengikut